Pembangunan Patung Kuntilanak di Pontianak, Tepatkah ?

Setiap kota dan daerah memang memiliki ciri khas tersendiri
seperti Jogjakarta Parangtritis dan Malioboro serta kebudayaan Jawa kuno yang
khas, pantai Kuta dengan ombak serta pura di setiap rumah dimana hal itu bisa
kita lihat di Bali atau kebudayaan kuno Romawi seperti colloseum, Gladiator
yang dapat ditemukan di Roma, Italia. Museum kucing serta hal-hal yang berbau
meong yang dapat ditemukan di Kuching, Sarawak Malaysia.

Hal yang sama terdapat di Pontianak, dimana menurut berbagai
sejarah dan doktrin di katakan bahwa Pontianak ini berasal dari kata Kuntilanak
dan Puntianak. Dimana Sultan Syarif Abdurrachman Alkadrie berhasil mengalahkan
mereka dengan meriam karbit. Namun kebenaran akan kisah ini masih dipertanyakan
sebab dari berbagai sumber dikatakan bahwa Sultan Syarif Abdurrachman tidak
pernah berperang melawan Kuntilanak.

Tidak ada satu pun referensi ilmiah yang bisa memberikan
informasi kepada kita tentang cerita ini.Bisa dikatakan cerita ini hanya
berkembang dari mulut ke mulut saja.

Justru jika kita melihat dari tulisan VJ.Verth seorang
sejarawan Belanda maka kita akan mendapati cerita yang berbeda dengan mitos
diatas.Didalam bukunya Borneos Wester Afdeling sejarawan ini menulis Belanda
mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 hijriah (1773 M) dari Batavia.

Verth mengungkapkan bahwa Syarif Abdurrahman yang merupakan
putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie berasal dari kerajaan Mempawah.Ia
berniat untuk merantau dan meninggalkan kerajaan tersebut.Dalam perantauannya
diwilayah Banjarmasin,ia menikah dengan adik sultan Banjar Sunan Nata Alam dan
akhirnya dilantik sebagai Pangeran.

Dalam perniagaan Syarif Abdurrahman ini termasuk orang yang
berhasil.Dengan mengumpulkan modal dan hasil perniagaannya beliau
mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya.

Setelah itu mulailah Ia melakukan perlawanan terhadap
Belanda.Dengan bantuan Sultan pasir,Syarif Abdurrahman kemudian berhasil
membajak kapal Belanda di dekat Bangka,juga kapal Inggris dan Perancis di
pelabuhan Pasir.Efek dari pembajakan itu Abdurrahman menjadi seorang yang kaya
raya.Kemudian diceritakan beliau mencoba mendirikan pemukiman disebuah pulau
di Sungai Kapuas.

Ia menemukan percabangan Sungai Landak dan kemudian mengembangkan
daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur.Wilayah inilah yang kini
bernama Pontianak.Syarif Abdurrahman sebagai sultan pertama dari kesultanan
Pontianak.Samasekali tidak ada cerita tentang Kuntilanak dalam buku VJ.Verth.
sumber tulisan

Sehingga mitos akan asal muasal Kuntilanak adalah hal yang
menyesatkan, sebenarnya hal ini tak masalah jika ingin dibuat fiktif atau film
serta video games kuntilanak takut dengan meriam karbit, hal ini ibaratkan
Werewolf atau Lycan yang takut dengan perak atau Drakula yang takut dengan
bawang putih, namun akan sesat jika dipakai sebagai panduan sejarah.  Lycan sudah sering dimasukan ke
karakter-karakter film barat, games-games barat namun di negeri asalnya yakni
Inggris tidak pernah ditemukan patung Lycan. Begitu pula dengan Drakula yang
aslinya adalah Pangeran Vlad sang pembunuh pada saat perang salib, di Rumania hingga saat ini tidak
pernah sekalipun ditemukan patung Drakula yang sedang menghisap darah. 

Di Jepang juga terdapat hantu yang bermulut koyak dan
sebagainya namun tidak pernah ditemukan tugu hantu di Jepang, mereka
menggunakannya hanya untuk refrensi film fiktif dan games.

Kembali ke persoalan kuntilanak, ingatlah jika suatu mitos
dijadikan rujukan suatu sejarah maka itu akan menjadi hal yang menyesatkan,
apalagi Kuntilanak bukan hanya milik orang Pontianak di Barat sana nama
Kuntilanak terkenal dengan nama Bloody Mary, Kuntilanak juga sering di temukan
di mitos-mitos Jawa kuno, mungkin masih ingat dengan lagu Lengsir Wengi ?

Parahnya lagi Kuntilanak sempat dijadikan sebagai Ikon film
Horror Sex oleh sutradara-sutradara mesum di tahun 2000-an terutama tahun 2011,
Kuntilanak sering disandingkan dengan Pocong. Sehingga pembangunan tugu
Kuntilanak adalah suatu kebodohan dan kejahilian yang dilakukan oleh
pemerintah.

Parahnya lagi Kuntilanak sempat dijadikan sebagai Ikon film
Horror Sex oleh sutradara-sutradara mesum di tahun 2000-an terutama tahun 2011,
Kuntilanak sering disandingkan dengan Pocong. Sehingga pembangunan tugu
Kuntilanak adalah suatu kebodohan dan kejahilian yang dilakukan oleh
pemerintah.

Lantas, jika tugu kuntilanak bukanlah jawaban yang tepat,
pembangunan apa yang pantas untuk kota ini ? Saran penulis sebaiknya dana yang
ada di alokasikan untuk pembangunan dan renovasi gedung yang berguna seperti
Museum Kalimantan Barat. 

Jujur amat
miris jika kita melihat gedung Musem yang ada saat ini, dimana tujuan museum
tersebut tidak jelas. Hal yang berbeda jika kita berkunjung ke Jogjakarta
dimana bangunan candi di permak sebaik mungkin dan menjadi tujuan wisata. 

Di Jogja juga terdapat banyak museum seperti  :

Museum Sonobudoyo, museum negeri provinsi, Unit I di Jl.
Trikora), Alun-alun Lor Keraton Yogyakarta dan Unit II di Dalem Condrokiranan,
Jl. Wijilan, Kota Yogyakarta.

Museum Affandi di Jalan Laksda Adisucipto Nomor 167 (Jalan Solo Km 5,1)

Museum Wayang Kekayon atau di Jalan Wonosari Km 7, Yogyakarta.

Museum Ullen Sentalu di Jl Boyong, Pakem

Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala” di Lanud Adisucipto

Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa di Jl. Wulung, Papringan, Depok,
Sleman.

Museum Benteng Vredeburg di Jl. Ahmad Yani,

Sedangkan Pontianak sendiri hanya terdapat satu Museum,
dimana barangnya sendiri tidak pernah berkembang hingga detik ini.  Pontianak juga terdapat Gedung Veteran, namun
itu dulu. Sekarang para tentara veteran yang telah berjuang untuk kemerdekaan
sudah pindah kemana ? Pertanyaan yang sekiranya patut dijawab.

Pontianak banyak
berdiri hotel, namun pusat hiburan sangat sedikit, Turis lokal dan mancanegara
datang kesini hanya untuk makan, setelah itu mereka merasa bosan. Akankah hal
ini dibiarkan terus menerus ? makanan Pontianak memang lezat namun hiburan
sekiranya juga perlu.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *