Konspirasi Freemason : Inflasi
Satu Dolar |
Berdasarkan Wikipedia inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun
Krisis Moneter adalah sebuah krisis yang diakibatkan adanya Inflasi mata uang. Hal ini menyebabkan masyarakat serta pemerintah meminjam uang kepada negara lain, dengan index bunga yang cukup tinggi. Inilah riba yang terjadi di dunia berkembang saat ini.
Seperti dengan memahami sejarah hadirnya kertas bernama “uang” di muka bumi ini, kita dapat membongkar muslihat kaum Zionis Iluminati untuk menguasai dunia yang sejatinya “Allah wariskan kepada orang-orang yang beriman.”
Berbicara tentang inflasi maka tidak lengkap rasanya jika kita tidak berbicara tentang sistem keuangan atau uang kertas, apa sebab ?
Tahukah kita bahwa kaum Yahudi dahulu dilarang memiliki tanah di sebagian besar penjuru dunia? Tentu saja ada ingatan menggelitik tentang hal ini, bahwa sesuai janji Allah, mereka tidak akan mendapatkan tempat di manapun di Bumi ini setelah peristiwa pembangkangan mereka terhadap Nabi Musa ‘alaihis salaam.
Namun kita juga harus cermat memahami sejarah, bahwa mereka adalah kaum yang dikaruniai akal yang cerdas dan keahlian yang luar biasa banyak. Karena itulah mereka tidak kehabisan cara untuk tetap menjaga eksistensi kaum mereka. Sejak saat larangan memiliki tanah di Eropa bagi kaum Yahudi dikeluarkan, mereka menjadi kaum terpinggirkan yang tidak memiliki rumah dan harapan. Karena itu mereka memilih menjadi penyedia jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jasa apakah yang mereka pilih? Mereka memilih menjadi penjual jasa penyimpanan emas.
Pilihan yang menakjubkan, karena ini berarti, mereka dapat menggunakan emas emas yang mereka dapatkan untuk kembali melipatgandakannya dengan berbagai cara. Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, mereka memang bangsa yang cerdas, namun juga licik. Mulai saat itu, mereka mulai dikenal dengan nama “goldsmith”.
Mereka memulai dengan memberikan sertifikat atas tanda bukti penyerahan emas yang dilakukan orang-orang kepada mereka. Semakin banyak orang yang menabung, semakin banyak sertifikat yang mereka keluarkan dan semakin banyak emas yang mereka timbun. Para pemilik emas hanya tinggal menukarkan sertifikat mereka apabila mereka ingin mengambil emas. Hasilnya, karena banyak sekali orang kaya, emas milik masyarakat tertimbun di gudang penyimpanan Yahudi, sementara kebutuhan masyarakat atas alat tukar sudah mulai tergantikan dengan sertifikat-sertifikat yang mereka miliki. Inilah cikal bakal uang kertas yang beredar hari ini.
Karena banyaknya emas yang tertimbun, mulailah kaum Yahudi memikirkan cara lain untuk mendapatkan uang. Mereka menyediakan jasa peminjaman. Dengan emas dari para investor, mereka menggunakannya untuk meminjamkan kembali dengan imbalan berlipat. Inilah yang kelak akan kita kenal dengan bunga. Kaum yahudi hanya tinggal menyerahkan sertifikat kepada para peminjam dan menerima emas sebagai pengembalian pinjaman. Hasilnya? Ini menjadi bisnis paling menguntungkan sepanjang sejarah manusia.
Tidak heran BANK dengan praktek RIBA sudah marak dan sangat jelas, karena yang menciptakan sistem riba mereka adalah Yahudi. Pernah dibahas sebelumnya disini, Sistem riba dibuat atas dasar hawa nafsu untuk mencari keuntungan yang besar dengan cara bathil, sehingga Allah subhanahu wata’ala mengharamkannya.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang menjadi debitor. Mereka rela antri duduk di bangku panjang untuk mendapatkan pinjaman dari goldsmith. Bangku panjang (banque) tempat duduk para calon debitor itu yang kemudian menjadi cikal bakal istilah “bank”. Dalam waktu tidak terlalu lama, para goldsmith menjadi orang-orang terkaya di dunia.
Para bangsawan dan para raja yang serakah membutuhkan dana untuk membiaya tentara, dan belanja pegawainya. Mereka pun tidak bisa menghindar untuk menjadi mangsa para goldsmith yang kemudian berganti istilah menjadi banker (pemilik bangku). Sekali meminjam, nilainya jutaan kali pinjaman yang diterima individu-individu, dan begitu juga keuntungan yang didapatkan banker.
Para banker itu senang dengan sifat serakah para raja dan bangsawan yang suka berperang memperebutkan kekuasaan. Semakin serakah mereka, semakin banyak perang yang dijalaninya dan itu berarti semakin banyak pinjaman yang bisa diberikan para banker.
Dalam banyak kasus, ketika perdamaian terjadi, para banker justru menjadi provokator politik untuk memicu peperangan. Di antara perang yang mereka rancang adalah demi tujuan emas semata. Sebut saja Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Setelah perang, para pemimpin dan sekaligus juga rakyat negara-negara yang terlibat perang menjadi
sapi perahan para bankir atas hutang yang mereka tanggung. Selanjutnya, selain mendapatkan keuntungan materi yang tiada tara, banker juga mendapatkan keuntungan politik yang besar. Mereka dapat dengan mudah mengangkat seseorang menjadi penguasa semudah mereka menjatuhkannya dari kekuasaan. Dan semakin besar kekuasaan politik mereka, semakin besar pula keuntungan ekonomi mereka. Politik dan uang, dua sisi mata uang yang sama, semuanya telah dimiliki para banker.
Sistem perbankan yang berlaku saat ini adalah sistem yang sama dengan sistem perbankan goldsmith, dengan kualitas dan kuantitas yang jauh lebih besar. Contohnya bank kini bahkan tidak perlu lagi mengeluarkan uang kertas atau sertifikat untuk memberikan pinjaman.
Cukup dengan sebuah entry di komputer alias dengan udara kosong (abab, istilah Jawanya) maka kredit sudah diberikan. Dan kemudian, para debitor harus membayar dengan darah dan keringat atas abab yang diberikan banker. Jika gagal membayar, harta bendanya disita oleh bankir sebagaimana dialami jutaan debitor sub-prime mortgage di Amerika akhir-akhir ini.
Para bankir internasional saat ini adalah keturunan para goldsmith jaman dahulu. Sebagian besar bank di dunia, termasuk Indonesia, adalah milik para bankir internasional itu.
Pada suatu saat para banker itu bosan dengan tumpukan uang kertas yang menumpuk di gudang mereka setelah sebelumnya persediaan emas dunia kering tersedot ke brankas mereka kecuali sebagian kecil yang dipakai masyarakat sebagai perhiasan.
Mereka ingin pembayaran riil yakni, properti, tanah, emas, asset-asset perusahaan dan sebagainya. Maka mereka menghentikan suplai uang kertas dan menarik yang sudah beredar. Istilahnya kebijakan “tight money”. Dunia pun mengalami krisis finansial yang merembet ke seluruh sektor ekonomi. Perusahaan-perusahaan bangkrut, debitor-debitor tidak dapat membayar hutangnya, saham perusahaan-perusahaan anjlok.
Saat inilah para bankir itu menjalankan rencananya: memborong perusahaan-perusahaan yang bangkrut, saham-saham perusahaan yang anjlok, dan menyita harta benda debitor yang gagal bayar. Maka dalam waktu singkat terjadi pemindahan kekayaan besar-besaran dari masyarakat ke kas para banker. Dan dalam situasi itu, mereka dengan bersembunyi di balik jubah IMF dan Bank Dunia, datang menawarkan “bantuan” yang sebenarnya berupa kredit berbunga ganda yang mencekik leher dan hanya membuat manusia semakin jatuh dalam cengkeraman kekuasaan mereka.
Hal inilah yang terjadi pada fenomena Depresi Besar tahun 1930-an, Krisis Moneter tahun 1997 dan Krisis Finansial Global saat ini. Bahkan saat ini AMERIKA pun tak luput dari tipu daya segelintir orang tersebut. Amerika Serikat diambang resesi. Dengan utangnya yang mencapai $ 14,3 triliun dollar atau setara dengan 100 persen dari PDB-nya. Persetujuan Kongres tentang kenaikan utang, yang menyelamatkan Amerika Serikat dari gagal bayar (default), tak mendapat sambutan positif di seluruh pasar bursa saham. Nilai perdagangan di bursa saham, semuanya rontok, dan berimbas ke seluruh dunia.
Tak dapat dipungkiri, emas adalah pondasi sebuah kekuasaan. Tiga rencana besar masa penjajah yang datang ke Indonesia, dimana dapat kita temukan pada buku-buku sejarah adalah: gold (emas), glory (kejayaan), dan gospel (menyebarkan agama). Pada mulanya mereka menguasai sistem perekonomian kita, kemudian mereka akan mendapati diri mereka berjaya diatas dunia, bahkan antek-antek perdamaian yang bersembunyi dibalik topeng PBB adalah boneka mereka.
Manusia semakin terjebak dalam kefanaan dan kebohongan, melalui emas kemerdekaan pikiran kita dijajah dan kini… masihkah kalian berpikir untuk memakai sistem-sistem yang mereka ciptakan untuk menguasai kita ?
Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Hijr ayat 39-40?
“Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik perbuatan maksiat di muka bumi dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba yang engkau beri petunjuk diantara mereka.”
Oleh sebab itu wajar kiranya jika sebuah persahabatan hancur karena selembar uang kertas. Karena inilah yang mereka inginkan.