GenRengers Educamp, strategi jitu melahirkan relawan penekanan pernikahan Dini #LFAAPADETIK2024
Pernikahan Dini dan Dampaknya bagi Remaja
Pernikahan dini merupakan ikatan pernikahan formal atau informal yang melibatkan seseorang di bawah usia 18 tahun dengan orang dewasa atau dengan anak di bawah umur lainnya. Meskipun praktik ini mengalami penurunan dalam beberapa dekade terakhir, pernikahan dini masih banyak terjadi di berbagai negara. Menurut laporan UNICEF pada Juli 2023, sekitar satu dari lima anak perempuan di dunia menikah sebelum mencapai usia 18 tahun.
Pernikahan dini banyak dipengaruhi oleh ketidaksetaraan gender yang telah mengakar di masyarakat. Karena itu, dampak dari praktik ini lebih sering dirasakan oleh anak perempuan. Di Indonesia, peraturan batas usia minimal pernikahan diatur oleh undang-undang, yakni sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang sebelumnya memperbolehkan pria menikah di usia 19 tahun dan wanita di usia 16 tahun. Namun, pada 2019, peraturan ini mengalami perubahan, di mana batas usia menikah untuk laki-laki dan perempuan disamakan menjadi 19 tahun.
Namun, masih banyak masyarakat yang mengabaikan ketentuan ini, yang mengakibatkan tingginya angka pernikahan dini di berbagai daerah. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama pada 2020, terdapat sekitar 34 ribu permohonan dispensasi menikah, dengan sekitar 97 persen disetujui. Dari total tersebut, 60 persen pemohon adalah anak di bawah usia 18 tahun.
Mengapa Pernikahan Dini Tidak Dianjurkan?
Sebagian besar pihak, termasuk pemerintah, tidak menganjurkan pernikahan dini karena dampaknya yang serius terhadap kehidupan dan kesehatan anak-anak, terutama jika pernikahan tersebut dilandasi paksaan. Pembatasan usia pernikahan bertujuan untuk melindungi kesehatan fisik dan mental calon pengantin yang masih muda. Berikut adalah beberapa risiko yang bisa ditimbulkan dari pernikahan dini:
- Terputusnya pendidikan formal
- Meningkatnya risiko kemiskinan
- Peluang lebih besar terkena penyakit menular seksual
- Rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
- Tingginya risiko keguguran
- Risiko kematian yang lebih besar bagi ibu muda dan bayi
- Peningkatan risiko perceraian
- Risiko bayi mengalami stunting
- Meningkatkan potensi stres, trauma, dan depresi pada pasangan muda
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), ada dua faktor yang perlu disiapkan sebelum seseorang menikah, yaitu kesiapan biologis dan psikologis. Kesiapan biologis mencakup kondisi fisik dan kecukupan gizi, yang penting terutama bagi perempuan yang akan menjalani kehamilan dan melahirkan.
Inisiatif Mengurangi Pernikahan Dini di Indonesia: Genrangers Educamp
Di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Kubu Raya, sebuah inisiatif bernama Genrangers Educamp didirikan oleh Nordianto Hartoyo Sanan. Anto, sapaan akrabnya, sejak masa remaja sudah peduli dengan isu pernikahan dini, terinspirasi oleh pengalaman ibunya. Sang ibu pernah mengalami berbagai kesulitan kesehatan, termasuk keguguran, karena menikah di usia muda. Pengalaman tersebut mendorong Anto untuk berbagi edukasi dan kesadaran kepada remaja mengenai risiko pernikahan dini.
Genrangers Educamp, yang dimulai pada tahun 2016, bukan hanya sekedar melarang pernikahan usia muda. Program ini memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, risiko pergaulan bebas, dan pentingnya kemandirian ekonomi sebelum membentuk keluarga. Melalui pendekatan ini, remaja diajak memahami dampak jangka panjang dari pernikahan dini. Selain edukasi pribadi, Anto juga mendorong lahirnya pemimpin lokal atau “local champions” yang diharapkan bisa menjadi agen perubahan di komunitas mereka. Dengan ini, informasi terkait risiko pernikahan dini dapat disebarluaskan lebih efektif dan berdampak pada pengurangan praktik pernikahan usia muda di daerah-daerah.
PENGHARGAAN SATU INDONESIA AWARDS
Pemuda dari Kalimantan Barat ini berhasil memenangkan program yang diadakan oleh PT. Astra pada tahun 2018, yaitu Program 9th SATU Indonesia Awards berkat kiprahnya sebagai tokoh muda yang dinilai mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat. Para penerima penghargaan tersebut berasal dari berbagai bidang, mulai dari kesehatan hingga teknologi, dan semuanya telah memberikan kontribusi yang signifikan di sektor masing-masing. Melalui dukungan finansial serta pembinaan dari Astra, diharapkan karya-karya inspiratif mereka dapat berkembang lebih jauh dan memberikan dampak positif yang lebih luas.
#LFAAPADETIK2024