2016 Lewat MEA masih belum tampak

MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean ) atau AEC ( Asean Economic
Community ) adalah sebuah bentuk kesepakan atau kerjasama antar negara asean
untuk memberlakukan perdagangan bebas di semua negara anggota Asean. Sehingga
dengan adanya Masyarakat Ekonomia Asean ini, akan lebih memudahkan negara asing
untuk mengeksplore dan menjual barang dan jasa ke negara anggota. Tapi selain
itu, Perdagangan bebas disini dimaksudkan bukan hanya barang dan jasa saja,
tetapi meliputi tenaga kerja, tenaga ahli, konsultan dan masih banyak lagi.
Sehingga dengan diberlakukan pasar bebas atau MEA akan lebih memudahkan
sekaligus memperketat daya saing.
MEA sebenarnya bukan momok yang menakutkan bagi Indonesia,
sebab di Asia Tenggara Indonesia tetap menjadi nomor satu, tantangan terbesar
bukan pula dari Amerika dan Eropa  atau
pun Jepang tapi justru datang dari sang kuda hitam “Cina / Tiongkok”. Sebagai
contoh dimana secara diam-diam sebagai bukti bahwa Smartphone buatan Cina mampu
mengalahkan sang raja smartphone dunia Nokia dan Blackberry atau Alibaba.com
berhasil mengalahkan Amazon dan sebagainya.
Jika tahun ini dunia tenaga kerja sudah dikejutkan dengan
banyaknya buruh yang berasal dari Cina dan mereka tidak diwajibkan menguasai
bahasa Indonesia maka bersiaplah beberapa tahun mendatang  mungkin paling buruk adalah banyak Pegawai
Negeri Sipil didatangkan dari Cina pula atau negara lain bisa jadi negara Korea
Selatan atau mungkin Malaysia. Bahkan guru mungkin bisa saja berasal dari
Malaysia. Bayangkan, bagaimana jika seorang Murid diajarkan Guru “Indonesia
pernah menjadi Guru di Malaysia saat zaman Soekarno”
Dibidang jasa, mungkin bagi kalian yang memiliki usaha
dibidang IT bersiaplah dikalahkan oleh perusahaan asing, Bagi kalian yang
memiliki rumah makan bersiaplah di tahun depan akan banyak restoran dari Luar
Negeri masuk ke Indonesia dan mungkin ke propinsi-propinsi lain serta
mengalahkan restoran milik kalian, bahkan paling buruk rumah makan kalian
terpaksa gulung tikar.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya perusahaan Travel
yang gulung tikar sebab perannya sudah digantikan oleh jasa travel online.  Dan banyaknya mini market yang dimana
sahamnya banyak dikuasai asing “Prancis dan Inggris” mulai menggeser peran
warung sembako milik rakyat. Itu sudah terjadi dimana-mana. Tanpa penulis
menyebutkan nama, mungkin pembaca sudah mengetahui apa nama Mini market
tersebut.
Bahkan bisa jadi Telkom “satu –satunya provider penyedia
jaringan Internet” atau PLN “satu-satunya penyedia jaringan listrik” Akan
dikalahkan oleh Perusahaan Swasta milik para Bule atau Asia tenggara.
MEA sebenarnya adalah permainan Kapitalisme yang menganut
sistem yang kuat yang bertahan atau dikenal dengan nama Hukum Rimba. Pertanyaan
yang muncul adalah Sudah siapkah bangsa Indonesia ? 
Jawabannya belum, sebagai bukti banyak yang
mengernyitkan dahi saat ditanya apa itu MEA. termasuk kaum terpelajar misalkan
mahasiswa, apalagi orang awam. Hanya para pengusaha yang sudah berusaha
mengantisipasinya.   Kemiskinan akan
terjadi dimana-mana beberapa tahun mendatang. Sementara itu RIBA akan semakin
merajalela, Alhamdulilah banyak pengusaha Muslim yang sadar akan dampak
tersebut.
Disisi lain, selain masyarakat sepertinya Pemerintah kurang
begitu peduli dengan Penemuan hasil bangsa Indonesia, sebagai contoh teknologi
4G sebenarnya itu buatan Indonesia yang kemudian hari malah di beli Jepang.
Jawabannya Pemerintah tidak perduli dengan 4G. Dan masih banyak bukti lainnya.
Pemerintah saat ini hanya bisa duduk, main games lalu tidur
di gedung mewah. Kurang perduli dengan suara aspirasi rakyat,  sebagai bukti beberapa waktu yang lalu DPRD
Jakarta ingin dana tambahan untuk makan Lobster namun apakah mereka sadar bahwa
masakan Indonesia jauh lebih enak daripada masakan Prancis dan negara lain ?
Jika tidak mengapa Dunia menempatkan rendang sebagai makanan paling lezat di
dunia, bukannya makanan Prancis ? Mengapa harga Tempe sangat mahal di negara
lain, sedangkan kita bisa makannya dengan harga Seribu, dua ribu rupiah ?  
Jika sikap pemerintah seperti ini, kemungkinan besar
Indonesia masih belum siap, meski pengusaha-pengusaha sudah berkoar-koar dan
berusaha yang semaksimal. Negara kita baru sadar jika sudah terlambat dimana
sebelum itu media di Indonesia kurang memblow up hasil karya bangsa sendiri,
dan baru di Blow up jika hampir di klaim negara lain.
Masyarakat Indonesia sendiri tidak semuanya bodoh, sebagai
bukti Indonesia selalu ranking satu di olimpiade sains dan sebagainya ataupun
Tim Kopassus di klaim dunia sebagai pasukan yang hebat, Hanya saja Pemerintah
yang kurang perduli, Bahkan beberapa film hollywood mengakui bahwa Indonesia
itu hebat tapi kurang diperdulikan sama Pemerintahnya. Makanya muncul
stagmentasi yang buruk tentang Indonesia.
Indonesia juga akan tertinggal dari AFTA, AEC dan apapun
itu, JIKA LISTRIK DI INDONESIA MASIH BYARPYET, TANPA SEBAB. Kalau itu terjadi
siapa yang ingin menanamkan investasi di Negara ini. Bisa jadi Perusahaan asing
yang bergerak di bidang powerplant menjadi prioritas utama bangsa ini, sebab
rasa kepercayaan terhadap PLN sudah tidak ada.
Indonesia bisa jadi lahan bagi pelaku-pelaku lainnya.
Sebagai contoh Provider Internet dimana selama ini Telkom menjadi yang paling
besar, dan paling cepat, Namun jika muncul gangguan konsumen maka penangannya
sering lelet, Lahan ini bisa dimanfaatkan oleh Provider ISP lainnya.
Presiden Soekarno pernah mengatakan bahwa Bangsa Indonesia
masih banyak yang bersifat kekanak-kanakan meski mereka sudah berumur. Dan
itulah kenyataanya serta sebabnya mengapa beliau ingin menjadi Presiden seumur
hidup.
Keunggulan MEA
Dengan diberlakukan MEA maka Indonesia akan lebih mudah
memasarkan barang dan jasanya ke negara anggota lainnya. Hal ini menguntungkan,
karena pangsa pasar produk indonesia akan semakin luas.
Meningkatkan infrastruktur dalam negeri dan anggota MEA
lainnya.
Peningkatan sumber daya yang ada. Misalnya saja dengan
adanya MEA maka otomatis akan meningkat kan daya saing sehingga sumber daya
yang ada akan dipacu untuk lebih inovatif, kreatif  dan berfikir lebih jauh lagi.
Kerugian MEA
Pasar domestik akan sulit berkembang di kancah pemasaran
dalam negeri. Karena ketat nya saingan pasar dari luar negeri.
Semakin memburuknya ekonomi dalam negeri.
Banyak pengangguran. Jika MEA diberlakukan dan masyarakat
indonesia tidak siap maka mereka harus siap-siap digusur dan digantikan tenaga
kerja dari luar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *