Homeschooling pendidikan alternatif ala Rasulullah SAW

Pada dasarnya Sekolah rumah atau Homeschooling adalah metode
pendidikan alternatif yang dilakukan di rumah, dibawah pengarahan orangtua atau
tutor pendamping, dan tidak dilaksanakan di tempat formal lainnya seperti di
sekolah negeri, sekolah swasta, atau di institusi pendidikan lainnya dengan
model kegiatan belajar terstruktur dan kolektif.

Homeschooling Bukanlah lembaga pendidikan, bukan juga
bimbingan belajar yang dilaksanakan di sebuah lembaga. Tetapi homeschooling
adalah model pembelajaran di rumah dengan orang tua sebagai guru utama dan bisa
juga mendatangkan guru pendamping atau tutor untuk datang ke rumah.
Homeschooling juga bukan berarti kegiatannya selalu dilaksanakan di rumah,
siswa dapat belajar di alam bebas baik di laboratorium, perpustakaan, museum,
tempat wisata, dan lingkungan sekitarnya. Tetapi inti dari homeschooling tetap yaitu
model pendidikan yang dilaksanakan di rumah dengan orang tua sebagai guru
utama.

Alasan Homeschooling menjadi alternatif adalah kurikulum
pendidikan yang terdapat di sekolah selalu campur aduk serta tidak konsisten,
Selain itu kurikulum pendidikan yang terdapat di sekolah hanya fokus kearah
Kuantitas sehingga kualitas suatu murid terkadang terabaikan, sebagai contoh
seorang murid yang jago dibidang Musik, harus belajar kalkulus yang penuh
dengan ilmu-ilmu serta rumus yang memusingkan.

Kurikullum di sekolah pada umumnya hanya mengejar keterampilan
otak kiri, padahal di dunia nyata tidak semua orang mahir dibidang otak kiri.
Sebab ada orang yang mahir di otak kanan seperti seni, musik dan sebagainya.

Saat ini, homeschooling sangat populer di Amerika Serikat,
dengan persentase anak-anak 5-17 tahun yang diberikan homeschooling meningkat
dari 1.7% pada 1999 menjadi 2.9% pada 2007, untuk di Indonesia sendiri Makna
homeschooling di Indonesia sering disalah artikan oleh beberapa pihak. Saat ini
banyak lembaga pendidikan non-formal yang berdiri dengan menggunakan merek
homeschooling tetapi kegiatan belajar dilaksanakan di lembaga.

Tentunya hal ini tidak jauh berbeda dengan model sekolah
non-formal lainnya. Padahal di luar negeri tidak ada istilah lembaga
homeschooling, kecuali konsultan homeschooling, atau komunitas homeschooling. Dimana
orangtua memanggil tutor datang ke rumah melalui perusahaan jasa penyedia tutor
atau semacam lembaga les privat, atau juga mencari tutor dengan cara mencari
informasi pada konsultan homeschooling dan komunitas homeschooling.

Dalam sejarah kebudayaan Islam, akulturasi operasional
pendidikan Islam yang berpedoman pada Alquran dan hadis secara serasi dan
seimbang telah mampu memberikan motivasi dan inspirasi umat Islam pada masa
klasik merumuskan berbagai persepsi manusia melalui pendidikan sebagai sarana
yang mendasari lahirnya peradaban dunia. Selanjutnya (Marshal Mc.. Luhan, 1967:
11) menyatakan bahwa dialog antara intelektual manusia dengan kedua dasar di
atas secara harmonis dan integral telah melahirkan peradaban Islam yang sangat
berpengaruh pada abad ke-16 sehingga mampu menciptakan berbagai bentuk
kebudayaan yang bernuansa ilahiah serta secara aktif mampu berfungsi sebagai
“perpanjangan” tangan manusia menuju era mekanika yang mampu membantu
“memperpanjang” dan memudahkan kerja dari sistem syaraf manusia erat
tersebut.

Salah satu pengertian umum homeschooling adalah sebuah
keluarga yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anak
dan mendidik anaknya dengan berbasis rumah. Pada homeschooling, orang tua
bertanggung jawab sepenuhnya atas proses pendidikan anak; sementara pada
sekolah reguler tanggung jawab itu didelegasikan kepada guru dan sistem
sekolah.

 Walaupun orang tua
menjadi penanggung jawab utama homeschooling, tetapi pendidikan homeschooling
tidak hanya dan tidak harus dilakukan oleh orang tua. Selain mengajar sendiri,
orang tua dapat mengundang guru privat, mendaftarkan anak pada kursus,
melibatkan anak-anak pada proses magang (internship), dan sebagainya.

 Sesuai namanya,
proses homeschooling memang berpusat di rumah. Tetapi, proses homeschooling
umumnya tidak hanya mengambil lokasi di rumah. Para orang tua homeschooling
dapat menggunakan sarana apa saja dan di mana saja untuk pendidikan
homeschooling anaknya. Jadi, jika homeschooling diartikan dengan sekolah yang
“dilakukan di rumah”, menjadi batasan yang rumit. Seolah-olah orang
tua yang memilih homeschooling untuk anak-anaknya melakukan dosa besar karena
melawan tradisi umum ketika masyarakat umum memahami bahwa sekolah formal
adalah satu-satunya institusi pendidikan. Jelas keliru jika keluarga yang
mempraktekkan homeschooling dianggap anti sekolah (Maulia D. Kembara, 2007:
25).

Dalam pendidikan Islam, Rasulullah merupakan pencetus
pendidikan homeschooling. Proses pendidikanya dilakukan oleh Rasulullah di
rumah Arqam ibn Arqam. Dari rumah Arqam ibn Arqam-lah beliau telah menghasilkan
murid-murid yang memiliki kemampuan yang luar biasa.. Misalnya; Umar ibn
Khattab ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman al-Farisi
ahli perbandingan agama (Majusi, Yahudi, Nasrani dan Islam), dan Ali ibn Abi
Thalib ahli hukum dan tafsir Alquran. Kemudian murid dari para sahabat
Rasulullah di kemudian hari, tabi-tabiin, banyak yang menjadi ahli dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan –sains, tekhnologi, astronomi, filsafat– yang
menghantarkan Islam ke pintu gerbang keemasan terutama pada fase awal kekuasaan
dinasti Abbasiyah (Samsul Nizar, 2007: 2).

 Dari penjelasan di
atas, jelaslah bahwa homeschooling bukanlah sesuatu hal yang baru dalam
pendidikan Islam. Pada fase Makkah, homeschooling selain dilaksanakan di rumah
Arqam ibn Arqam, juga dilakukan di sebuah institusi pendidikan yang bernama
Kuttab yang dijadikan rumah pembesar kerajaan sebagai tempat belajar.

 Ahmad Syalabi
mengatakan, bahwa kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua, yaitu:
Pertama, kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-pusi
Arab. Kuttab jenis pertama ini, merupakan lembaga pendidikan yang hanya
mengajarkan baca tulis. Pada mulanya pendidikan kuttab berlangsung di
rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar masjid. Materi yang diajarkan
dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang
mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun penggunaan Alquran sebagai
teks dalam kuttab baru terjadi kemudian, ketika jumlah kaum Muslimin yang
menguasai Alquran telah banyak, dan terutama setelah kegiatan kodifikasi pada
masa kekhalifahan Usman ibn Affan. Kebanyakan guru kuttab pada masa itu adalah
non muslim, sebab muslim yang dapat dan menulis jumlahnya masih sangat sedikit
sibuk dengan pencatatan wahyu (Ahmad Syalabi, 1995: 16).

Mitos sesat tentang homeschooling adalah anak menjadi kuper padahal pada kenyataannya, siswa homeschooling lebih sering mengadakan studi lapangan kapan pun mereka mau. Saat waktunya belajar sejarah, mereka pergi ke museum dan berinteraksi dengan komunitas pecinta sejarah. Ingin belajar bisnis? Sambil makan di McDonald’s dan berbincang dengan manajernya dan para karyawannya saja.

Banyak riset yang membuktikan bahwa siswa homeschooling dapat bersosialisasi sebaik, atau bahkan lebih baik, dari para sebayanya di sekolah formal, dan mereka menunjukkan lebih sedikit masalah perilaku pula.

Seseorang bertanya pada orang tua homeschooler, “Anak-anakmu tidak punya teman dan tidak bisa belajar dari anak-anak sebayanya.” Orang tua homeschooler ini pun menjawab, “Coba kamu pergi ke sekolah formal saat siswanya beristirahat, perhatikan mereka, dan tunjukkan padaku, sifat-sifat mana dari mereka yang pantas ditiru anakku.” Benar juga. Lalu orang tua ini ditanya lagi, “Tapi anakmu tidak akan belajar berkompetisi seperti kalau di sekolah formal.”

Ia pun menjawab lagi, “Anakku tidak berkompetisi dengan orang lain, namun ia berkompetisi dengan target performa yang ditetapkannya sendiri. Kalau dengan orang lain, ia berkolaborasi.” Lagi-lagi jawaban tepat. Sungguh tidak rugi siswa homeschooling kehilangan “pertemanan” dalam lingkungan sekolah formal bila pada kenyataannya ia bisa berteman dengan teman-teman dari klub olahraga, remaja masjid, paduan suara gereja, kelas musik. Ia pun bisa berteman dengan orang-orang dari segala lapisan usia dan pekerjaan seperti staff museum, manajer restoran, dan lainnya.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *